Mencoba Mengabdikan Kehidupanku

Minggu, 18 Desember 2016

Belajar Toleransi Beragama dari Tana Toraja


Pemandangan Plaza Kolam Makale dari gereja Bukit Sion, di Jl Jenderal Sudirman, Kecamatan Makale, Tana Toraja, Minggu(27/11/2016). 

Bicara Tana Toraja tak lepas dari pesona pariwisatanya. Di sini Anda bisa menemukan banyak destinasi wisata, baik itu religi, alam, kuliner, dan budaya. Lebih dari itu, salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan ini juga dikenal sebagai daerah yang menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama.

Sebagai informasi, ada empat agama yang dianut masyarakat Tana Toraja. Kristen Protestan dan Kahtolik yang menjadi mayoritas, lalu Islam dan Aluk Todolo—aliran kepercayaan setempat.

Meski nasrani menjadi agama dominan di sana, bukan berarti keberadaan rumah ibadah agama lain sulit ditemukan. Di Kecamatan Makale misalnya. Masjid bisa ditemui di pinggir jalan, lokasinya bahkan ada yang berdekatan dengan gereja.

“Di sini untuk pemberian ijin tempat pembangunan ibadah mudah. Kami memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada warga Tana Toraja untuk beribadah,“ papar Bupati Tana Toraja, Nico Biringkanae, saat berbincang dengan penulis, Rabu (30/12/2016).

Tak hanya itu, lanjut Nico, untuk menghargai umat Islam beribadah, jam kebaktian gereja pun diatur sedemikian rupa. Hal ini agar kedua umat bisa lebih hikmat beribadah.

Bupati Tana Toraja Nico Biringkanae sesaat sebelum membuka Festival Pena Toroja di Lembang Lea Senin(28/11/2016). 

“Jadi kalau ada masjid dan gereja berdekatan, umat kristiani baru memulai ibadah setelah bunyi adzan selesai dikumandangkan, begitu juga sebaliknya,” kata Nico.

Menurut dia toleransi antar umat beragama di Tana Toraja tak hanya terbatas dari fisik bangunan rumah ibadah saja. Dalam kehidupan sehari-hari banyak keluarga di sana yang saling berbeda keyakinan.

“Seandainya ada lima orang penguni rumah, tidak menutup kemungkinan dua orang kristen dan tiga Islam. Atau empat kristen dan satu islam, ujar Nico.

Hal senada disampaikan pula Ketua Kantor Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Tana Toraja, Banyamin Bara. Menurutnya saling menghargai antar pemeluk agama terlihat pula dalam upacara adat setempat.

“Agar umat Islam bisa ambil bagian di acara adat, syukuran misalnya, biasanya kami meminta warga muslim untuk memasak sendiri hidangan yang akan kami makan,“ ujar Benyamin, kepada penulis, Selasa(29/11/2016).

Dengan begitu, lanjut Benyamin, tak perlu ada kekhawatiran bila umat muslim di Tana Toraja tidak bisa mendapat hidangan halal. Mereka pun bisa datang ke acara syukuran.

Sementara itu, Anto yang merupakan warga asli Makale menyatakan, kehidupan damai antar umat beragama di sana tercermin dari perayaan hari besar keagamaan. Menurutnya, baik Natal dan Lebaran di Tana Toraja sama-sama ramai dirayakan warga setempat.

“Umat nasrani ikut berkeliling merayakan malam takbiran lebaran,“ ujar Anto yang sehari-hari berprofesi sebagai supir kendaraan sewa kepada penulis, Kamis(1/12/2016).




Share:

Stats

Diberdayakan oleh Blogger.

Your Comment

Followers

Text Widget

Copyright © Mikhael Wr Blog | Powered by Blogger Design by PWT | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com